Beranda » BLOG » Program Hamil » Kesehatan Reproduksi » Intrauterine Fetal Death (IUFD), Ketika Janin Mati di Dalam Kandungan
Intrauterine Fetal Death (IUFD), Ketika Janin Mati di Dalam Kandungan
Intrauterine fetal death (IUFD) atau kematian janin di dalam kandungan merujuk kepada kondisi di mana janin tak lagi hidup, namun rahim belum menunjukkan tanda-tanda untuk mengeluarkannya. Kondisi ini terjadi pada 1 dari 160 kelahiran.
Biasanya, keluhan ibu hamil yang mengarah pada kecurigaan IUFD berupa berkurangnya atau tidak terasanya gerak janin. Diagnosis IUFD dikonfirmasi melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG), yang menunjukkan tidak adanya detak jantung janin.
Secara medis, kondisi IUFD ditujukan untuk kematian janin yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Sedangkan bila terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, disebut dengan keguguran atau abortus.
Kejadian IUFD dapat berlangsung berminggu-minggu hingga beberapa jam sebelum persalinan. Dan karenanya, IUFD dapat disebut dini (early), lambat (late), atau cukup bulan (term):
- Early IUFD, bila janin meninggal antara usia kehamilan 20-27 minggu.
- Late IUFD, bila janin meninggal antara usia kehamilan 28-36 minggu.
Term IUFD, bila janin meninggal antara usia kehamilan 37 minggu atau setelahnya.
Tanya Ferly tentang Promil?
Penyebab IUFD
Mengetahui penyebab IUFD merupakan hal yang penting diketahui oleh dokter agar dapat mengantisipasi kondisi-kondisi yang bisa menyulitkan kehamilan berikutnya dan mencegah kejadian yang sama terjadi di kemudian hari. Selain itu, juga untuk membantu pasangan melalui masa-masa berduka akibat kehilangan janin yang dikandungnya.
Baca Juga : 6 Penyebab Program Bayi Tabung Gagal yang Harus Anda Ketahui!
Sekitar 1 dari 3 kasus IUFD tidak diketahui penyebabnya. Namun, penyebab yang paling sering ditemukan, mencakup:
- Masalah pada plasenta dan/atau tali pusat. Plasenta dan tali pusat adalah organ yang mengalirkan darah, oksigen, dan nutrisi pada janin. Gangguan apapun yang terjadi pada kedua organ ini akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin.
- Preeklampsia. Ini merupakan kondisi tekanan darah tinggi dan pembengkakan yang kerap terjadi pada kehamilan trimester akhir. Wanita hamil dengan preeklampsia berisiko dua kali lipat mengalami IUFD atau abrupsio plasenta (plasenta terlepas) sebelum waktunya.
- Memiliki riwayat penyakit autoimun seperti lupus atau sindrom antifosfolipid.
- Gangguan pembekuan darah, seperti hemofilia.
- Kondisi medis ibu hamil, seperti diabetes, penyakit jantung, penyakit tiroid, atau adanya infeksi (virus/bakteri).
- Gaya hidup, seperti konsumsi minuman beralkohol, penggunaan narkoba, dan/atau merokok.
- Cacat bawaan lahir. Kondisi ini menyumbangkan sekitar 25 persen kejadian IUFD.
- Infeksi pada kehamilan, khususnya antara usia kehamilan 24 hingga 27 minggu. Infeksi umumnya berasal dari bakteri yang naik dari vagina ke dalam rahim, seperti Streptococcus Grup B, E. coli, Klebsiella, Enterococcus, Haemophilus influenza, Chlamydia dan Mycoplasma. Namun, tidak menutup kemungkinan infeksi lain, seperti rubella, flu, herpes, penyakit Lyme, dan malaria. Beberapa infeksi bisa tidak disadari hingga terjadi komplikasi yang serius.
- Cedera, seperti akibat kecelakaan lalu lintas.
- Kolestasis intrahepatik pada kehamilan (ICP) atau disebut kolestasis obstetrik. Ini merupakan gangguan pada organ hati dengan keluhan utama gatal-gatal yang hebat.
Faktor Risiko IUFD
IUFD dapat terjadi pada wanita hamil usia berapapun, dari latar belakang atau etnis apapun. Meski kejadiannya tidak bisa diprediksi dan kadang tidak diketahui penyebabnya, ada beberapa faktor yang diketahui meningkatkan risikonya:
- Merokok, mengonsumsi alkohol, atau menggunakan narkoba.
- Usia saat hamil di atas 35 tahun.
- Memiliki perawatan prenatal yang buruk, seperti tidak rutin memeriksakan diri, tidak menjaga asupan nutrisi atau menerapkan gaya hidup yang sehat.
- Kurang gizi.
- Berasal dari ras kulit hitam.
- Mengalami kehamilan kembar.
- Memiliki kondisi medis tertentu.
- Mengalami obesitas, dengan indeks massa tubuh di atas 30 kg/m2.
Diagnosis IUFD
- psia, kolestasis obstetrik atau diabetes.
- Pemeriksaan pada tali pusat, membran, dan plasenta. Jaringan-jaringan ini penting untuk perkembangan janin, sehingga adanya kelainan dapat mencegah janin menerima oksigen, darah, dan zat gizi.
- Pemeriksaan untuk menilai adanya infeksi, seperti pemeriksaan urin, darah, atau pengambilan sel-sel vagina/serviks.
- Tes fungsi tiroid.
- Pemeriksaan genetik dari sampel tali pusat untuk menentukan ada tidaknya kelainan genetik pada janin, seperti sindrom Down.
Di samping itu, untuk menentukan penyebab IUFD, dokter tentu akan mengkaji riwayat medis dan riwayat kehamilan secara menyeluruh. Bila diperlukan dan diizinkan, otopsi janin dapat dilakukan untuk menentukan penyebab IUFD.
Penanganan IUFD
Janin yang diketahui telah mati di dalam kandungan tentu harus dilahirkan. Namun pertanyaannya, kapan waktunya dan apa cara terbaik untuk melahirkan janin tersebut?
1. Timing persalinan
Metode dan timing persalinan pasca IUFD bergantung pada usia kehamilan saat kematian terjadi, riwayat kehamilan ibu, dan pilihan ibu. Pada dasarnya, ibu tidak boleh diburu-buru dalam memutuskan waktu bersalin bila tidak ada masalah kesehatan yang serius. Pada sebagian besar kasus, persalinan spontan dimulai dalam 1-2 minggu setelah kematian janin. Meski demikian, menunggu persalinan spontan meningkatkan risiko timbulnya gangguan pembekuan darah (kelainan koagulasi). Utamanya, bila janin yang mati dipertahankan selama beberapa minggu.
2. Metode persalinan
Pilihan untuk melahirkan janin yang telah mati, mencakup dilatasi dan evakuasi atau induksi persalinan. Secara umum, rekomendasinya adalah sebagai berikut:
- Usia kehamilan <24 minggu Bila ada dokter ahli, dilatasi dan evakuasi lebih dipilih ketimbang induksi persalinan. Bila tidak ada, dilakukan induksi persalinan menggunakan obat misoprostol.
- Usia kehamilan >24 minggu Pasien dengan serviks yang matang (skor Bishop >6) disarankan untuk menjalani induksi persalinan dengan obat oxytocin dalam dosis standar. Bila serviks belum matang, diberikan misoprostol melalui vaginal, sebelum pemberian oxytocin. Regimen lain, yakni kombinasi obat mifepristone-misoprostol untuk induksi persalinan di usia kehamilan 24-28 minggu. Di trimester ketiga, induksi persalinan dapat dilakukan menggunakan balon kateter untuk mematangkan serviks sebelum akhirnya diberikan obat oxytocin.
Ibu hamil dengan riwayat operasi Caesar sebelumnya tetap dianjurkan untuk melahirkan secara normal (per vaginam). Meski demikian, operasi Caesar tetap bisa menjadi pilihan bila ibu hamil memilih cara itu dan telah mendapatkan konseling tentang risiko dan manfaat semua opsi bersalin yang ada.
Perawatan pasca bersalin
Pascapersalinan, ibu harus memperhatikan beberapa hal berikut:
- Tanda-tanda infeksi seperti demam, perdarahan, menggigil, atau nyeri. Segera hubungi dokter bila mengalami keluhan-keluhan tersebut.
- Setelah plasenta lahir, hormon-hormon yang memproduksi ASI akan teraktivasi. Payudara ibu bisa membengkak dan mengeluarkan ASI. Kondisi ini tentu dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Produksi ASI bisa ditunggu berhenti secara alami atau dihentikan dengan mengonsumsi obat bromocriptine. Namun, obat ini tidak boleh dikonsumsi bila ibu mengalami preeklampsia.
Otopsi biasanya disarankan untuk dilakukan agar dapat mengetahui penyebab kematian janin. Bila penyebabnya diketahui, maka risiko IUFD terulang di kehamilan berikutnya bisa diantisipasi.
Bisakah IUFD berulang di kehamilan berikutnya?
Pada wanita dengan IUFD yang tidak diketahui penyebabnya, risiko kejadian ini berulang di kehamilan berikutnya adalah 7,8-10,5 per 1.000 kelahiran. Sebagian besar, terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Risiko IUFD berulang yang terjadi pada usia kehamilan cukup bulan adalah 1,8 per 1.000 kelahiran. Di kehamilan berikutnya, terdapat pula risiko mengalami bayi dengan berat lahir rendah, abrupsio plasenta, dan persalinan prematur.
Cara mengurangi risiko IUFD
Kejadian IUFD sulit dicegah oleh karena penyebabnya tak selalu diketahui. Meski demikian, ada beberapa cara untuk meningkatkan peluang memiliki bayi yang sehat:
- Menghindari rokok, alkohol, dan obat-obat terlarang.
- Segera mengunjungi dokter bila terjadi perdarahan di paruh kedua kehamilan (usia kehamilan >20 minggu).
- Biasakan untuk menghitung gerakan janin sejak usia kehamilan 26-28 minggu. Catat dan cari tahu apa yang disebut “normal” untuk janin Anda. Secara umum, minimal ada 1 kali gerakan janin dalam 1 jam. Bila frekuensi gerak janin Anda dirasa tidak biasa, segera kunjungi dokter.
- Sebelum hamil, usahakan untuk mencapai berat badan yang sehat melalui gaya hidup yang baik. Bila sudah terlanjur hamil, diskusikan dengan dokter pola diet dan olahraga yang sesuai bagi Anda.
- Lindungi diri dari infeksi.
- Hindari makanan-makanan yang bisa mengganggu kehamilan dan perkembangan janin, seperti beberapa jenis ikan dan keju. Pastikan pula untuk mengonsumsi daging yang benar-benar matang.
- Segera hubungi dokter bila mengalami nyeri perut, gatal-gatal, atau perdarahan dari vagina.
- Tidur miring, bukan telentang, khususnya pada usia kehamilan 28 minggu ke atas. Ini karena posisi tidur telentang dapat mengganggu aliran darah dan oksigen ke janin.
Penutup
Perlu diketahui bahwa kejadian IUFD tidak menyebabkan infertilitas dan tidak menunjukkan bahwa ada gangguan kesuburan. Sebagian besar pasangan yang mengalami IUFD tetap bisa hamil dan melahirkan secara normal. Akan tetapi, kehamilan pasca IUFD sebaiknya ditunda hingga orang tua sudah pulih total secara psikologis. Ini umumnya memakan waktu selama 6 hingga 12 bulan.
Kunjungan pra kehamilan sebaiknya dilakukan terlebih dulu untuk meninjau kembali temuan-temuan yang berhubungan dengan IUFD sebelumnya dan untuk merencanakan perawatan pada kehamilan berikutnya. Perlu diketahui bahwa kejadian IUFD tidak menyebabkan infertilitas dan tidak menunjukkan bahwa ada gangguan kesuburan. Sebagian besar pasangan yang mengalami IUFD tetap bisa hamil dan melahirkan secara normal. Akan tetapi, kehamilan pasca IUFD sebaiknya ditunda hingga orang tua sudah pulih total secara psikologis. Ini umumnya memakan waktu selama 6 hingga 12 bulan. Kunjungan pra kehamilan sebaiknya dilakukan terlebih dulu untuk meninjau kembali temuan-temuan yang berhubungan dengan IUFD sebelumnya dan untuk merencanakan perawatan pada kehamilan berikutnya.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
- Cleveland Clinic. [Last reviewed 27 Aug 2020]. Stillbirth. URL: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9685-stillbirth.
- Fretss RC, Spong C. Stillbirth: incidence, risk factors, etiology, and prevention. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.
- Grunebaum A, Chervenak FA. Stillbirth: maternal care. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.
- Maslovich MM, Burke LM. Intrauterine Fetal Demise. [Updated 2022 Oct 31]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557533/
- Roberts DJ. Stillbirth: maternal and fetal evaluation. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2023.
- World Health Organization. 2022. Intrauterine fetal demise (IUFD): Recommendations 32-33 in Abortion care guideline. URL: https://srhr.org/abortioncare/chapter-3/abortion-3-4/intrauterine-fetal-demise-iufd-recommendations-32-33.
- Fungsi Endometrium dan Kegagalan Program Bayi Tabung - 18/10/2024
- Kondiloma Akuminata atau Kutil Kelamin, Infeksi Berdarah Dingin - 15/10/2024
- Koriokarsinoma : Kanker yang terkenal “angker” - 11/09/2024
Artikel Terkait:
- Ciri Janin Lapar dalam Kandungan: Apa yang Harus…
- Kehamilan 3 Bulan: Perkembangan Janin dan Perawatan
- Tips Rahim Sehat untuk Janin yang Kuat
- USG Fetomaternal untuk Pantau Perkembangan Janin…
- Gambar Janin Kuat jadi Tanda Kehamilan Sehat
- Ginekomastia, Ketika Payudara Pria Membesar
- Oophoritis, Ketika Ovarium Mengalami Peradangan Kronis
- Ketika Menstruasi Ada Sel Telur yang Tersisa?