Rahim Buatan, Ide “Liar” Atasi Kelahiran Prematur. Emang Bisa?

ide liar rahim buatan

Pernahkah Anda mendengar istilah rahim buatan? Mungkin hal ini masih terdengar asing. Namun, nyatanya ini pernah dilakukan uji coba terhadap hewan dan berhasil. Namun, apa tujuan dibentuknya rahim buatan atau rahim sintetis?

Apa Itu Rahim Buatan?

Berawal dari cuitan Elon Musk, salah satu orang terkaya di dunia, di akun twitter pribadinya mengenai kekhawatirannya tentang kondisi populasi manusia di dunia. Hal ini nyatanya memantik komentar dari salah satu pendiri marketplace Sahil Lavingia, yang memberikan ide ‘liar’ mengenai rahim sintetis.

Menurut Sahil, dengan rahim sintetis manusia bisa menghasilkan keturunan dengan ongkos yang lebih murah serta waktu yang singkat daripada proses melahirkan secara umum.

Ide dari Sahil nyatanya juga didukung oleh pendiri mata uang kripto, Vitalik Buterin. Menurutnya, rahim sintetis bisa membantu mengatasi kesenjangan gaji antara laki dan perempuan. Hal ini tentu memantik komentar dari para warganet. Banyak yang mengecam ide ‘liar’ dari para petinggi teknologi ini.


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Namun, sebenarnya apa itu rahim sintetis? Rahim sintetis adalah teknologi rahim buatan yang diciptakan untuk menjaga bayi yang lahir secara prematur. Rahim buatan ini berada di luar tubuh yang digunakan untuk perkembangan embrio atau janin. Rahim buatan atau yang disebut biobag ini memiliki bentuk bulat seperti balon. Nantinya, biobag tersebut akan diisi air serta mineral sebagai nutrisi yang harus terpenuhi.

Meski terdengar asing, hal ini bukan isapan jempol belaka. Teknologi buatan ini pertama kali dilakukan pada tahun 2017 oleh peneliti dari Amerika Serikat. Lantas, bagaimana sejarah rahim sintetis ini?

Sejarah Rahim Buatan

2017

Peneliti Amerika Serikat melakukan uji coba dengan menjaga bayi domba yang lahir prematur ke dalam kantong yang berisi cairan ketuban, selama 4 minggu. Cara kerja teknologi buatan ini cairan yang ada di dalamnya akan dihirup dan ditelan oleh janin seperti layaknya janin di dalam kandungan. Cairan akan terus diisi untuk memenuhi asupan anak domba tersebut.

Bukan melalui plasenta dari induknya, untuk mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, anak domba terhubung dengan tali pusarnya ke sebuah mesin khusus. Seperti namanya, semua prosesnya dilakukan dengan teknologi.

Jantung bayi domba melakukan pemompaan dan mengirim darah ke mesin khusus untuk diisi ulang yang nantinya akan dikirim kembali ke tubuhnya.

2019

Berselang 2 tahun, peneliti asal Belanda mengungkapkan jika dapat menciptakan rahim buatan pertama di dunia dalam waktu 10 tahun. Para ilmuwan ini mengembangkan rahim buatan yang bisa menyelamatkan nyawa bayi prematur.

Pasalnya menurut para ahli, kelahiran bayi prematur sebelum 37 minggu, secara global merupakan penyebab kematian terbesar di antara bayi baru lahir.

2021

Tidak sampai disitu, 2 kemudian, para peneliti asal Israel melakukan pengembangan embrio tikus ke dalam biobag yang berisi air dengan berbagai mineral. Peneliti yakin bahwa rahim sintetis bisa menyelamatkan bayi yang lahir dalam kondisi prematur.

Pada prosedurnya, bayi akan dimasukkan ke dalam biobag. Biobag akan diisi air dan sejumlah mineral. Selanjutnya, agar bayi mendapatkan memperoleh nutrisi dan oksigen akan terhubung oleh plasenta buatan.

Rahim buatan dipercaya dapat meningkatkan harapan hidup pada bayi yang lahir secara prematur. Menurutnya, hal ini dikarenakan rahim buatan dipercaya lebih ramah lingkungan daripada penggunaan incubator.

Meski begitu, hal ini belum dicoba pada manusia sehingga belum diketahui bentuk efek samping yang akan terjadi.

rahim sintetis

Apakah Rahim Buatan Bisa Diterapkan pada Manusia?

Pada sebuah jurnal yang diterbitkan Journal of Medical Ethics, mengungkapkan jika teknologi ini bisa membantu menyelamatkan bayi yang lahir secara prematur. Rahim buatan ini dipercaya dapat menjadi pengganti inkubator yang dibutuhkan pada bayi prematur pada umumnya. Meski begitu, hingga kini belum ada penelitian mendalam mengenai rahim sintetis.

Hal ini juga mendapatkan tanggapan dari salah satu dokter spesialis kandungan di Bocah Indonesia, dr. Thomas Chayadi, Sp.OG. Menurutnya, hingga saat ini belum ada teknologi yang menciptakan rahim pada manusia.

Rahim buatan pada manusia sampai saat ini belum ada. Kalaupun ada, di Indonesia sendiri sepertinya tidak berlaku

Bagaimana Hukum Rahim Buatan pada Manusia?

Prosedur rahim sintetis yang baru dicoba pada hewan membuat teknologi belum memiliki prosedur izin untuk manusia. Seperti yang dikatakan dr. Thomas, hal ini tentu belum dipastikan perizinannya termasuk di Indonesia.

Di Indonesia sendiri hanya program hamil teknologi berbantu seperti inseminasi intrauterine (IUI) dan bayi tabung (IVF) yang memiliki perizinan secara hukum. Dua metode hamil berbantu tersebut merupakan salah satu solusi bagi pasangan yang ingin memiliki keturunan namun tidak dapat hamil secara alami.

Berbeda dengan rahim sintetis, program hamil dengan teknologi berbantu tetap dilakukan di dalam rahim manusia.

Program hamil melalui inseminasi intrauterine (IUI) salah satu program hamil dengan teknik memasukkan sperma terbaik suami ke dalam rahim istri.

Sedangkan program hamil bayi tabung (IVF) merupakan proses pembiakan embrio di laboratorium melalui hasil pembuahan sel telur istri yang dibuahi oleh sperma suami di luar tubuh.

Embrio akan dipantau di laboratorium oleh ahli embriologi sampai hari kelima. Setelah itu, embrio akan ditanam ke dalam rahim istri, proses ini dinamakan embryo transfer.

Kesimpulan

Meski tujuannya untuk mempertahankan hidup bayi yang lahir secara prematur namun nyatanya teknologi ini belum pernah diuji pada manusia. Bahkan penelitian ilmiah yang mendukung mengenai rahim sintetis hingga saat ini belum ada.

Bagaimana pemaparan mengenai rahim buatan ini? Jika Ayah Bunda ingin melakukan program hamil berbantu, bukan dengan rahim sintetis ya, tetapi Ayah Bunda bisa memilih metode inseminasi intrauterin (IUI) dan bayi tabung (IVF).

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum juga hamil setelah berupaya selama dua belas bulan atau lebih (atau enam bulan jika usia perempuan di atas 35 tahun), kami menyarankan Anda untuk melakukan penilaian kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.

  1. Song, Anren; Zhang, Yujin; Han, Leng. Erythrocytes retain hypoxic adenosine response for faster acclimatization upon re-ascent. Nat Commun. 2017 Feb 7; 8:14108.
  2. Romanis, Elizabeth Chloe. Artificial womb technology and the frontiers of human reproduction: conceptual differences and potential implications. Journal of Medical Ethics 2018; 44:751-755.
Avatar photo

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji