Hipospadia, Adakah Pengaruhnya pada Kesuburan?

Hipospadia

Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer


Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 09/01/2023

Hipospadia adalah kelainan bawaan lahir pada bayi laki-laki, yakni lokasi lubang tempat keluarnya urin (uretra) yang tidak berada di ujung penis. 

Pada bayi laki-laki dengan kelainan ini, pembentukan uretra di minggu ke-8 hingga ke-14 kehamilan tidak berlangsung normal sehingga posisinya “salah”. Lokasi uretra yang tidak seharusnya ini, bisa berada di sepanjang batang penis hingga pangkal skrotum (kantong zakar). 

Hipospadia termasuk kelainan yang umum ditemukan, yakni pada 1 dari 200 bayi laki-laki. Pada sebagian besar kasus, hipospadia merupakan satu-satunya kelainan yang ada pada bayi dan tidak mencerminkan adanya gangguan dalam sistem saluran kemih maupun organ lainnya.

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Pembedahan umumnya dapat mengembalikan tampilan normal penis. Dan pasca pengobatan, sebagian besar individu pun mampu buang air kecil dan bereproduksi secara normal.

Tipe-Tipe Hipospadia tipe-tipe-hipospadia

Tipe-tipe hipospadia bergantung pada lokasi kelainannya. Ini pun menggambarkan tingkat keparahannya.

  • Subcoronal: Lubang uretra terletak dekat dengan kepala penis (distal). Ini merupakan jenis hipospadia yang paling ringan dan paling banyak ditemukan (80 persen kasus).
  • Midshaft: Lubang uretra terletak di batang penis.
  • Penoscrotal: Lubang uretra terletak di pangkal pertemuan batang penis dan skrotum (proksimal). Ini merupakan kelainan hipospadia yang paling berat.

Sekitar 1 dari 6 bayi laki-laki dengan hipospadia juga mengalami penis yang sedikit melengkung, atau disebut chordee. Semakin dekat posisi lubang uretra dengan pangkal penis, semakin besar kemungkinan terjadinya chordee ini.

Penyebab Hipospadia

Hipospadia ditemukan saat bayi baru lahir sehingga kelainan ini bersifat kongenital atau bawaan lahir. Para pakar berteori bahwa kelainan ini disebabkan oleh gangguan proses pembentukan penis dan uretra yang terjadi antara minggu ke-8 hingga ke-14 kehamilan. 

Di waktu-waktu ini, hormon testosteron atau hormon pria “memerintah” tubuh untuk membentuk uretra dan kulup penis. Bila fungsi dan aksi hormon-hormon ini terganggu, perkembangan uretra menjadi tidak normal.

Pada sebagian besar kasus, penyebab hipospadia tidak diketahui. Pada sebagian kecil kasus, hipospadia bersifat genetik, namun faktor lingkungan juga berperan.

Faktor Risiko Hipospadia

Faktor-faktor berikut diperkirakan mempengaruhi terjadinya hipospadia:

  • Riwayat keluarga. Hipospadia lebih banyak terjadi pada bayi-bayi dari keluarga dengan riwayat hipospadia.
  • Genetik. Variasi gen tertentu diperkirakan mengganggu hormon-hormon yang menstimulasi pembentukan alat kelamin pria.
  • Usia ibu hamil di atas 35 dan obesitas. Beberapa studi menemukan adanya peningkatan risiko hipospadia pada bayi laki-laki dari ibu yang hamil di atas usia 35 tahun dan mengalami obesitas.
  • Paparan zat tertentu selama kehamilan. Ada spekulasi bahwa hipospadia berkaitan dengan paparan ibu hamil terhadap hormon atau zat tertentu, seperti pestisida atau bahan-bahan kimia industri.
  • Pengobatan fertilitas. Beberapa studi menemukan bahwa wanita yang hamil melalui teknologi reproduksi berbantu lebih berisiko memiliki bayi dengan hipospadia. Meski demikian, studi-studi ini berskala kecil sehingga perlu dikonfirmasi kebenarannya melalui studi-studi yang lebih valid.

Gejala Hipospadia

Tanda dan gejala hipospadia dapat mencakup:

  • Lokasi lubang uretra yang tidak berada di ujung penis.
  • Penis melengkung ke bawah (chordee).
  • Tampilan penis yang seperti berkerudung karena hanya setengah bagian atas penis yang tertutup kulup penis.
  • Pancaran urin yang tidak normal saat berkemih. 

Bayi laki-laki yang lahir dengan hipospadia kadang-kadang juga mengalami testis yang tidak turun (undescended testicle). Ini berarti salah satu atau kedua testis tetap berada di rongga perut dan bukan masuk ke dalam skrotum.

Komplikasi Hipospadia

Hipospadia yang tidak diobati dapat menyebabkan:

  • Tampilan penis yang tidak normal.
  • Gangguan saat toilet training. Anak laki-laki dengan hipospadia berat yang belum diperbaiki harus duduk untuk buang air kecil.
  • Sulit hamil bila hipospadia berat. Ini karena hipospadia berat dapat menyebabkan gangguan ereksi (penis melengkung saat ereksi), sehingga sperma sulit masuk ke dalam vagina saat berhubungan intim.

Diagnosis Hipospadia

Hipospadia biasanya terdiagnosis melalui pemeriksaan fisik setelah bayi lahir. Bila terdapat hipospadia, dokter akan meminta pemeriksaan darah untuk mengevaluasi penyebab tertentu. Kadang-kadang diperlukan pula ultrasonografi perut bila salah satu atau kedua testis tidak ditemukan di dalam kantong zakar. Ultrasonografi akan menunjukkan letak testis dan apakah tampak normal.

Pengobatan Hipospadia

Pada dasarnya, hipospadia adalah kelainan yang sangat bisa dikoreksi dan jarang sekali mengganggu kesuburan. 

Beberapa tipe hipospadia bahkan sangat minor dan tidak memerlukan pembedahan. Anak laki-laki dengan hipospadia ringan seringkali mampu berkemih secara normal, meski pancaran urin bisa berbeda dengan anak-anak lain dengan lubang uretra yang normal. 

Saat dewasa, anak laki-laki dengan hipospadia ringan pun umumnya mampu berhubungan intim secara normal.

Pada hipospadia yang lebih berat, pengobatan biasanya melibatkan pembedahan. Tujuan dari setiap pembedahan hipospadia adalah membentuk penis yang normal, lurus dengan lubang uretra pada ujung penis. Pembedahan biasanya melibatkan 4 langkah berikut:

  • Meluruskan batang penis
  • Memindahkan atau membuat saluran urin
  • Memposisikan lubang uretra di kepala penis
  • Merekonstruksi kulup penis atau memotongnya melalui sirkumsisi/sunat

Perbaikan hipospadia biasanya memakan waktu sekitar 90 menit (kasus ringan) hingga 3 jam (kasus berat). 

Pembedahan dilakukan pada bayi sehat dengan usia 6-12 bulan. Bila tidak memungkinkan untuk menjalani pembedahan di rentang usia ini, hipospadia dapat diperbaiki kapan saja, bahkan pada orang dewasa. Bila penis cenderung kecil, dokter mungkin menyarankan terapi hormon testosteron terlebih dulu sebelum pembedahan.

Pembedahan hipospadia seringkali berhasil dan perbaikannya berlangsung seumur hidup Sebagian besar penis terlihat normal pasca pembedahan dan individu mampu berkemih dan bereproduksi secara normal. Perbaikan juga dapat menyesuaikan saat penis membesar di masa pubertas.

Pasca Pembedahan Hipospadia

Banyak dokter memasangkan kateter atau stent pada penis selama beberapa hari pasca pembedahan agar urin tidak membasahi bagian yang baru saja diperbaiki. 

Kateter ini dialirkan ke dalam popok. Bayi pun diberikan antibiotik selama kateter masih terpasang untuk mencegah infeksi pada saluran kemih.

Bagaimana dengan komplikasi pembedahan hipospadia? Angka komplikasi pembedahan pada anak dengan hipospadia ringan kurang dari 10 persen. 

Masalah lebih sering terjadi setelah perbaikan hipospadia berat. Yang tersering yakni terbentuknya lubang (fistula) di lokasi lain penis dan menyebabkan kebocoran urin. 

Lebih jarang, yakni kemunculan jaringan parut (striktur) di dalam saluran atau lubang uretra, yang dapat mengganggu aliran urin saat berkemih. Komplikasi yang seperti ini mungkin memerlukan pembedahan tambahan.

Setelah pembedahan, anak perlu memerlukan beberapa kali kunjungan ke dokter. Anak perlu kontrol rutin dengan urolog setelah toilet training dan saat pubertas untuk mengevaluasi proses penyembuhan dan kemungkinan adanya komplikasi.

Penutup

Sebagian besar bayi dengan hipospadia terdiagnosis segera setelah lahir saat masih di rumah sakit. Meski demikian, hipospadia yang sangat ringan bisa tidak kentara dan sulit dikenali. 

  1. Karabulut S, Aksünger Ö, Ata C, Sağıroglu Y, Keskin İ. Artificial oocyte activation with calcium ionophore for frozen sperm cycles. Systems Biology in Reproductive Medicine. 2018 Sep 3;64(5):381-8.
  2. Kashir J, Ganesh D, Jones C, Coward K. Oocyte activation deficiency and assisted oocyte activation: mechanisms, obstacles and prospects for clinical application. Human Reproduction Open. 2022;2022(2):hoac003.
  3. Murugesu S, Saso S, Jones BP, Bracewell-Milnes T, Athanasiou T, Mania A, Serhal P, Ben-Nagi J. Does the use of calcium ionophore during artificial oocyte activation demonstrate an effect on pregnancy rate? A meta-analysis. Fertility and Sterility. 2017 Sep 1;108(3):468-82.
  4. Xi H, Fu Y, Liu C, Lu X, Sui L, Chen Y, Zhao J. Assisted oocyte activation with calcium ionophore 44 hours after intracytoplasmic sperm injection resulting in successful pregnancy. Gynecological Endocrinology. 2020 Nov 1;36(11):1035-7.
  5. Shan Y, Zhao H, Zhao D, Wang J, Cui Y, Bao H. Assisted oocyte activation with calcium ionophore improves pregnancy outcomes and offspring safety in infertile patients: a systematic review and meta-analysis. Frontiers in physiology. 2022:2513.
cheer

Jadwalkan Konsultasi

Meski demikian, hipospadia yang sangat ringan bisa tidak kentara dan sulit dikenali. Diskusikan dengan dokter bila orang tua khawatir tentang penampilan penis anak atau mengalami masalah saat berkemih.

Share:

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji