Beranda » BLOG » Infertilitas » Bagaimana Efek Kemoterapi pada Kesuburan?
Bagaimana Efek Kemoterapi pada Kesuburan?
Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer
Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 14/07/2022
Tidak semua orang yang menjalani kemoterapi akan mengalami gangguan kesuburan. Itu semua bergantung pada jenis dan dosis obat kemoterapi yang digunakan.
Beberapa obat kemoterapi lebih mungkin menyebabkan infertilitas. Infertilitas berarti seseorang menjadi lebih sulit mendapatkan keturunan. Apakah infertilitas bersifat sementara atau permanen, sebagian bergantung pada jenis dan obat kemoterapi yang digunakan.
Baca Juga: Apa Itu Infertilitas? Pahami Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita!
Tanya Ferly tentang Promil?
Cara kerja kemoterapi
Ada banyak jenis obat kemoterapi yang digunakan sebagai terapi kanker—baik secara tunggal maupun dalam kombinasi dengan obat atau terapi lainnya. Obat-obatan ini memiliki bentuk kimia yang bervariasi sehingga dosis, cara penggunaan, jenis kanker yang diobati, serta efek sampingnya pun berbeda.
Setiap kali sel baru dibentuk, sel-sel ini melalui sebuah proses untuk menjadi matang dan berfungsi normal. Proses ini melibatkan serangkaian fase dan disebut dengan siklus sel. Obat-obat kemoterapi menyasar sel pada fase-fase yang berbeda dalam satu siklus sel.
Sel kanker cenderung membentuk sel baru lebih cepat ketimbang sel normal dan ini membuat mereka menjadi lebih mudah disasar oleh obat kemoterapi. Meski demikian, obat kemoterapi tidak dapat membedakan sel sehat dan sel kanker. Ini berarti, sebagian sel-sel normal ikut “dirusak” bersama dengan sel kanker. Iniah yang menyebabkan efek samping.
Setiap kali kemoterapi diberikan, itu sebetulnya berusaha menemukan keseimbangan antara membunuh sel kanker (untuk menyembuhkan atau mengendalikan penyakit) dan menyelamatkan sebanyak mungkin sel normal (untuk mengurangi efek samping).
Jenis obat-obat kemoterapi
Obat-obat kemoterapi dapat dikelompokkan berdasarkan cara kerjanya, struktur kimianya, dan hubungannya dengan obat-obatan lain. Beberapa obat bekerja lebih dari satu cara, sehingga dapat masuk ke dalam lebih dari satu kelompok.
1. Agen alkilasi (alkylating agents)
Obat kemoterapi jenis ini adalah obat kemoterapi yang paling banyak digunakan. Kerjanya merusak DNA sel kanker sehingga perkembangbiakannya terhambat. Obat ini menyasar semua fase dalam siklus sel dan karenanya, digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kanker. Di antaranya kanker paru, kanker payudara, kanker ovarium, kanker darah (leukemia, limfoma, penyakit Hodgkin, mieloma multipel), dan sarkoma.
Golongan ini memiliki 6 subkelas, yang masing-masing memiliki kekhususan sendiri dalam mengatasi kanker tertentu.
- Alkyl sulphonates, seperti busulfan.
- Turunan ethylenimine dan methylenamine, seperti altretamine, thiotepa.
- Nitrogen mustards, seperti cyclophosphamide.
- Nitrosourea, seperti carmustine, lomustine.
- Agen antineoplastik yang mengandung platinum, seperti carboplatin, cisplatin, oxaliplatin
- Triazenes, seperti dacarbazine, procarbazine, temozolomide
2. Antimetabolit
Obat dari golongan ini mengganggu materi genetik sel kanker dengan cara bertindak sebagai pengganti blok pembangun DNA normal. Bila ini terjadi, DNA tidak bisa membuat salinan dirinya sendiri sehingga sel-sel tidak bisa berkembangbiak. Obat antimetabolit biasanya digunakan untuk mengobati leukemia, kanker payudara, kanker ovarium dan saluran cerna. Contohnya: 5-fluorouracil (5-FU), 6-mercaptopurine (6-MP), cytarabine, gemcitabine, hydroxyurea, methotrexate, dan thioguanine.
3. Antibiotik antitumor
Obat-obatan ini tidak seperti antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi. Obat-obatan ini bekerja dengan mengubah DNA di dalam sel kanker sehingga berhenti berkembangbiak. Contohnya yakni golongan anthracyclines seperti daunorubicin, doxorubicin, epirubicin, idarubicin, valrubicin serta bleomycin, dactinomycin, mitomycin-C, mitoxantrone.
4. Inhibitor topoisomerase
Obat-obatan ini disebut juga plant alkaloids. Mereka bekerja dengan menghambat kerja enzim topoisomerase, yang membantu memisahkan rantai DNA sehingga bisa disalin dan berkembangbiak. Inhibitor topoisomerase digunakan untuk mengatasi beberapa jenis leukemia, serta kanker paru, kanker ovarium, kanker saluran cerna, kanker usus besar, dan kanker pankreas. Jenis-jenis obatnya dikelompokkan sesuai jenis enzim yang dihambatnya:
- Inhibitor topoisomerase I (camptothecins), seperti irinotecan, topotecan.
- Inhibitor topoisomerase II (epipodophyllotoxins), seperti teniposide, mitoxantrone.
5. Inhibitor mitosis
Sama seperti inhibitor topoisomerase, obat dari golongan ini juga termasuk plant alkaloids. Kerjanya dengan cara menghambat pembelahan sel, tetapi mampu merusak sel pada semua fase dengan mencegah enzim membentuk protein yang diperlukan untuk berkembangbiak. Contohnya adalah taxanes (cabazitaxel, docetaxel, nab-paclitaxel, dan paclitaxel) dan vinca alkaloids (vinblastine, vincristine, vinorelbine).
6. Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah hormon alami di dalam tubuh. Bentuk sintetisnya berguna dalam pengobatan berbagai macam kanker, dan juga penyakit lain. Kortikosteroid yang sering digunakan dalam regimen kemoterapi antara lain prednisone, methylprednisolone, dan dexamethasone.
7. Lainnya
Beberapa obat kemoterapi lain yang tidak termasuk ke dalam golongan-golongan di atas, yakni: all-trans-retinoic acid, arsenic trioxide, omacetaxine, procarbazine, vorinostat.
Kemoterapi dan infertilitas pada wanita
Wanita terlahir dengan seluruh sel telur yang dimilikinya. Ketika mencapai pubertas, hormon-hormon reproduksi memungkinkan sel telur matang dilepaskan setiap bulannya melalui siklus haid hingga wanita mencapai menopause. Hormon-hormon ini dibentuk di dalam sel granulosa folikel ovarium yang berkembangbiak dengan cepat, di mana sel-sel seperti inilah yang disasar oleh obat kemoterapi. Oleh sebab itu, kemoterapi dapat menurunkan kadar hormon estrogen dan progesteron pada wanita, dan secara langsung memengaruhi kesuburan.
Kondisi ini dirasakan sebagai haid yang tidak teratur atau sama sekali berhenti. Wanita juga akan mengalami gejala-gejala seperti menopause, yakni hot flushes, kulit kering, vagina kering, kehilangan energi, gangguan suasana hati, serta menurunnya gairah seksual.
Selain terhadap hormon reproduksi, obat kemoterapi juga dapat merusak sel telur di dalam ovarium secara langsung sehingga jumlahnya berkurang signifikan. Dengan demikian, peluang hamil wanita pascakemoterapi akan jauh menurun.
Pada wanita, infertilitas pascakemoterapi ini bisa bersifat sementara maupun permanen. Pada yang sementara, haid umumnya akan kembali normal dalam waktu 6-12 bulan setelah pengobatan berakhir. Biasanya, seorang wanita masih bisa hamil ketika haid sudah kembali. Namun, tidak demikian bila infertilitas menjadi permanen—yang umumnya terjadi ketika kemoterapi dilakukan dalam dosis tinggi.
Kemoterapi dan infertilitas pada pria
Saat pubertas, testis pria mulai memproduksi sperma dan ini akan terus berlangsung seumur hidup. Beberapa obat kemoterapi yang diberikan selama masa kanak-kanak atau dewasa, dapat merusak testis dan memengaruhi kemampuannya dalam menghasilkan sperma. Ini terjadi ketika semua sel-sel imatur (belum matang) yang membelah diri untuk membuat sperma baru (sel punca spermatogonium) rusak hingga tidak bisa lagi menghasilkan sel sperma yang matang.
Setelah kemoterapi, produksi sperma bisa kembali seperti semula, melambat atau berhenti sepenuhnya. Kalaupun kembali, biasanya memerlukan waktu bertahun-tahun.
Obat-obat kemoterapi yang berhubungan dengan infertilitas
Di antara berbagai macam obat kemoterapi, yang paling berisiko menimbulkan infertilitas pada pria maupun wanita, adalah:
- Busulfan
- Carboplatin
- Carmustine
- Chlorambucil
- Cisplatin
- Cyclophosphamide
- Cytosine arabinoside
- Doxorubicin
- Ifosfamide
- Lomustine
- Melphalan
- Nitrogen mustard (mechlorethamine)
- Procarbazine
- Thiotepa
- Vinblastine
- Vincristine
Obat-obat ini, bila digunakan dalam dosis tinggi atau kombinasi, lebih berisiko menyebabkan infertilitas permanen. Risiko ini akan lebih tinggi lagi ketika seseorang menjalani kemoterapi disertai radioterapi pada perut atau panggul.
Obat kemoterapi dengan risiko infertilitas yang lebih rendah, antara lain:
- 5-fluorouracil (5-FU)
- 6-mercaptopurine (6-MP)
- Bleomycin
- Daunorubicin
- Epirubicin
- Etoposide (VP-16)
- Fludarabine
- Methotrexate
Cara melestarikan kesuburan sebelum memulai kemoterapi
Menimbang besarnya risiko infertilitas pascakemoterapi, pria dan wanita sebaiknya melakukan fertility preservation terlebih dulu sebelum memulai pengobatan. Ini merupakan upaya-upaya untuk melestarikan kesuburan, baik sebelum ataupun sesudah pengobatan kanker, dengan tujuan meningkatkan peluang hamil di kemudian hari.
Beberapa opsinya untuk wanita, mencakup:
- Embryo banking. Wanita akan diberikan obat-obat kesuburan untuk memicu ovarium menghasilkan dan melepaskan sel telur. Setelah itu, dokter akan ‘memanen’ sel-sel telur ini dan membuahinya dengan sel sperma pasangan di laboratorium. Embrio yang terbentuk lalu dibekukan dan disimpan untuk digunakan di kemudian hari. Pascakemoterapi, ketika wanita telah siap untuk hamil, embrio akan ditransfer kembali ke dalam rahim. Inilah yang disebut dengan in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung.
- Membekukan dan menyimpan sel telur yang tidak dibuahi. Wanita bisa jadi belum memiliki pasangan saat menjalani kemoterapi. Karena itu, yang dibekukan adalah sel telur yang belum dibuahi. Suatu saat, ketika wanita siap memiliki keturunan, sel telur ini bisa digunakan. Prosesnya sama dengan IVF. Wanita akan mendapatkan obat-obat kesuburan untuk menstimulasi ovarium menghasilkan dan melepaskan sel telur. Setelah itu, dokter akan ‘memanen’ dan membekukan sel telur (tanpa dibuahi) untuk dipergunakan di kemudian hari.
- Membekukan jaringan ovarium (kriopreservasi). Wanita akan menjalani operasi kecil untuk mengangkat sebagian jaringan ovarium, yang kemudian dibekukan. Jaringan ini akan dimasukkan kembali ke dalam tubuh setelah kemoterapi selesai. Bila jaringan yang dibekukan ini bekerja normal, ovarium akan memproduksi sel telur kembali. Cara ini tergolong baru dan masih dalam tahap pengembangan.
Sedangkan untuk pria, opsinya mencakup:
- Sperm banking. Ini melibatkan pengumpulan dan pembekuan sperma sebelum kemoterapi dimulai. Untuk mengumpulkan sperma, pria perlu mencapai ejakulasi. Bila ejakulasi tidak dimungkinkan atau bila tidak ada sel sperma di dalam cairan sperma, dokter akan melakukan prosedur untuk mengambil sperma langsung dari testis. Sperma yang telah terkumpul akan dibekukan dan disimpan untuk dipakai di kemudian hari.
- Testicular sperm extraction. Pascakemoterapi, pria bisa saja tidak memiliki sperma di dalam cairan spermanya. Namun, masih memiliki sperma sehat di dalam testisnya. Pada kasus seperti ini, dokter akan mengambil sepotong kecil jaringan testis. Setiap sel sperma sehat yang ditemukan dalam jaringan ini dapat digunakan untuk menghasilkan keturunan melalui program bayi tabung atau dibekukan untuk digunakan di kemudian hari. Akan tetapi, dalam hal mengumpulkan dan menyimpan sperma, cara ini tidak sebaik cara lainnya.
Cara terbaik untuk melestarikan kesuburan bergantung pada jenis kanker dan pengobatannya, usia, serta kondisi individu. Diskusikan dengan dokter tentang pilihan-pilihan yang ada dan sebelum membuat keputusan, pikirkan beberapa hal berikut:
- Manfaat dan risiko prosedur
- Pendapat dokter tentang pilihan tersebut (seberapa baik metode tersebut)
- Biaya prosedur
Penutup
Kemoterapi jelas memiliki efek langsung terhadap kesuburan pria maupun wanita. Namun, jangan pesimis dulu akan sulit hamil pascakemoterapi. Adanya teknologi reproduksi berbantu (TRB) telah memungkinkan seseorang untuk mengoptimalkan kesuburan dalam situasi yang sulit. Diskusikan dengan dokter apa saja efek kemoterapi terhadap kesuburan dan apa pilihan terbaik untuk melestarikan kesuburan Anda sebelum kemoterapi dimulai.
Jika Anda mencari alternatif program hamil berbantu, kami menyediakan layanan IVF untuk Anda. Silakan isi formulir di bawah. Tim kami akan segera menghubungi Anda!
Layanan IVF diperuntukkan bagi pasangan suami istri yang telah 1 tahun menikah belum memiliki keturunan dan juga memiliki masalah infertilitas. Jika Anda mengalami keduanya, segera konsultasikan bersama ahlinya!
- Patient education: Preserving fertility after cancer treatment in women (the basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
- Patient education: Preserving fertility after cancer treatment in men (the basics). In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
- American Cancer Society. (22 November 2019). How chemotherapy drugs work.
- American Cancer Society. (6 Februari 2020). How cancer and cancer treatment can affect fertility in females.
- American Cancer Society. (6 Februari 2020). How cancer and cancer treatment can affect fertility in males.
- Cancer Research UK. (7 September 2020). Ways to preserve your fertility.
- Fungsi Endometrium dan Kegagalan Program Bayi Tabung - 18/10/2024
- Kondiloma Akuminata atau Kutil Kelamin, Infeksi Berdarah Dingin - 15/10/2024
- Koriokarsinoma : Kanker yang terkenal “angker” - 11/09/2024
Artikel Terkait:
- 5 Penyebab Infertilitas pada Pria, Apa dan Bagaimana…
- Waspada! 4 Efek Radiasi Handphone untuk Kesehatan,…
- Sebelum Menggunakannya, Pahami Efek Samping Menstrual Cup!
- Efek Samping Obat Kuat Jika Tanpa Resep Dokter
- Hati-hati, Ini 5 Efek Masturbasi yang Perlu Kamu Ketahui!
- 7 Cara Ampuh Meningkatkan Kesuburan Pada Pria Secara Alami
- 5 Kelainan Sperma pada Pria yang Dapat Memengaruhi Kesuburan
- Kenali Penyebab Varikokel dan Pengaruhnya Pada…
3 Responses
Wah jadi takut nih. Ga kena kanker yang mengharuskan kemoterapi aja haid ga teratur. Apalagi kalo sampe harus menjalani kemoterapi. Semoga sehat selalu dan tidak terkena kanker deh.
Jika pasien (u 23thn) akan mengalami haid, apakah kemoterapi juga menghilangkan tanda-tanda akan haid?
Hallo Bunda Anggi,
untuk mendapatkan jawaban yang lebih akurat sebaiknya konsultasi lebih lanjut ke Ferly (Admin Bocah Indonesia) untuk penjadwalan Dokter
Klik disini