Defek Fase Luteal – Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan

Defek Fase Luteal - Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan

Defek fase luteal adalah ketika lapisan dinding rahim tidak menebal atau tumbuh cukup untuk menyokong suatu kehamilan.

Bagi Bunda yang sulit hamil atau menjalani kehamilan hingga cukup bulan, salah satu kemungkinan penyebabnya adalah defek fase luteal. Ini adalah sebuah kondisi yang menghambat pertumbuhan lapisan dinding rahim, yang diperlukan untuk implantasi sel embrio dan perkembangan janin. Kabar baiknya, defek fase luteal dapat dengan mudah dikenali dan diatasi melalui perubahan gaya hidup hingga pengobatan hormonal.

Fase luteal dan kesuburan wanita

Fase luteal adalah salah satu tahapan alami dalam siklus menstruasi wanita. Fase ini terjadi tepat setelah ovulasi, yakni setelah sel telur dilepaskan, dan sebelum menstruasi dimulai. Durasi fase ini biasanya antara 12 hingga 16 hari. 

Bila wanita mengalami menstruasi setiap 28 hari, fase luteal akan dimulai sekitar hari ke-15. Namun, siklus menstruasi setiap wanita sedikit berbeda. Ada wanita yang fase lutealnya pendek, yang berarti menstruasi dimulai dalam 10 hari setelah ovulasi. Lainnya, memiliki fase luteal yang panjang dan tidak menstruasi hingga 17 hari atau lebih setelah ovulasi.

Baca Juga : Gangguan Ovulasi dan Cara Ampuh Mengatasi

Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Inti dari tahap menstruasi ini adalah menyiapkan tubuh wanita kalau sampai terjadi kehamilan. Selama fase luteal, ovarium memproduksi hormon progesteron yang membantu menumbuhkan lapisan dinding rahim sehingga sel telur yang telah dibuahi dapat berimplantasi. Bila tidak ada sel telur yang dibuahi, wanita tidak akan hamil dan kadar hormon progesteron akan menurun. Selanjutnya, dinding rahim akan meluruh dan keluar sebagai darah menstruasi.

Beberapa tanda seorang wanita sedang dalam fase luteal antara lain:

  • Payudara terasa nyeri
  • Perubahan suasana hati
  • Kembung
  • Jerawat
  • Merasa lebih lapar atau kurang lapar dari biasanya
  • Keputihan yang kental

Bila fase luteal memendek, menjadi 10 hari atau kurang—yang berarti ovarium tidak memproduksi cukup progesteron—atau bila dinding rahim tidak merespon hormon ini dengan baik, maka dinding rahim tidak akan tumbuh optimal setiap bulannya. Inilah yang disebut dengan defek fase luteal. Kondisi ini berhubungan dengan terganggunya reseptivitas endometrium yang tentu menghambat implantasi embrio, serta meningkatnya risiko keguguran.

fase-fase manstruasi

Gejala defek fase luteal

Sebagian besar wanita dengan defek fase luteal tidak sadar akan adanya kondisi ini sampai di suatu titik mengalami kesulitan untuk hamil atau keguguran. Gejala lain dari defek fase luteal, mencakup:

  • Spotting atau perdarahan di antara dua siklus menstruasi.
  • Kenaikan suhu basal tubuh yang berlangsung lambat.
  • Menstruasi menjadi lebih sering atau interval antar siklus menstruasi menjadi lebih singkat (<21 hari).
  • Wanita yang memantau ovulasi bisa menemukan adanya fase luteal yang memendek. Artinya, waktu dari ovulasi hingga menstruasi adalah 10 hari atau kurang.

Penyebab defek fase luteal

Setiap wanita dapat mengalami fase luteal yang memendek ketika tubuhnya tidak memproduksi cukup progesteron. Berikut adalah kondisi-kondisi kesehatan yang membuat seorang wanita lebih berisiko mengalaminya:

  • Stres psikologis
  • Gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia
  • Kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroid) atau terlalu aktif (hipertiroid)
  • Endometriosis
  • Aktivitas fisik atau olahraga yang berlebihan
  • Hiperprolaktinemia (kelebihan hormon pemroduksi ASI)
  • Obesitas
  • Penurunan berat badan yang terlalu drastis
  • Sindrom ovarium polikistik
  • Kelainan pada kelenjar pituitari otak yang memicu produksi hormon reproduksi
  • Usia dan penuaan

Meski daftar penyebabnya tampak banyak, sesungguhnya wanita dengan defek fase luteal banyak yang tetap bisa hamil normal dan melahirkan bayi yang cukup bulan.

Diagnosis defek fase luteal

Hingga kini, belum ada satu tes atau kriteria khusus untuk mendiagnosis defek fase luteal. Bila ada kecurigaan, dokter mungkin menyarankan tes darah untuk memeriksa kadar hormon-hormon berikut:

  • Follicle-stimulating hormone (FSH). Hormon ini dilepaskan oleh kelenjar pituitari otak dan berfungsi memicu perkembangan dan pematangan folikel ovarium setiap bulannya. Di dalam folikel inilah terkandung sel telur, yang nantinya dilepaskan saat ovulasi.
  • Progesteron. Ini adalah hormon yang utamanya bertanggung jawab untuk menumbuhkan lapisan dinding rahim setelah ovulasi. Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum, sebuah kelenjar sementara yang berkembang setelah wanita berovulasi. Korpus luteum terbentuk di ovarium, tepatnya di folikel yang telah matang dan melepaskan sel telurnya.
  • Estrogen. Hormon ini diproduksi oleh folikel yang sedang berkembang dan menyebabkan dinding rahim menebal sebelum ovulasi.
  • Luteinizing hormone (LH). Sama seperti FSH, hormon ini diproduksi oleh kelenjar pituitari otak. Peningkatan kadar LH di dalam darah akan memicu folikel ovarium untuk berovulasi.

Selain pemeriksaan hormon, dokter mungkin akan melakukan ultrasonografi organ reproduksi untuk mengukur ketebalan dinding rahim. Parameter ini dapat merefleksikan kadar progesteron yang rendah atau tidak bekerja baik dalam tubuh wanita.

Pengobatan defek fase luteal

Apa yang ingin dilakukan untuk kondisi ini bergantung pada kondisi kesehatan wanita secara keseluruhan dan apakah seorang wanita menginginkan suatu kehamilan. Pengobatan juga ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah yang menyebabkan defek fase luteal.

Wanita yang belum ingin hamil tidak memerlukan pengobatan apapun. Namun bila tujuannya adalah untuk mencapai kehamilan, defek fase luteal umumnya diatasi dengan obat-obatan berikut: 

  • Clomiphene citrate atau letrozole. Obat-obatan jenis ini memicu ovarium untuk mengembangkan lebih banyak folikel, yang melepaskan sel telur matang.
  • Human chorionic gonadotropin (HCG). Hormon ini membantu memulai proses ovulasi dan menghasilkan lebih banyak progesteron.
  • Suplementasi hormon progesteron, baik secara oral, suntik, atau supositoria vagina. Obat-obatan ini digunakan setelah ovulasi untuk membantu menumbuhkan dinding rahim, dengan demikian memungkinkan proses implantasi berlangsung normal. Akan tetapi, tidak ada bukti bahwa pemakaiannya dalam kehamilan dapat mencegah keguguran.

Di samping itu, perubahan gaya hidup seperti mengurangi stres atau mencapai berat badan yang sehat juga dapat berefek positif. Bila ada kondisi mendasar yang mengganggu fase luteal wanita, pengobatan terhadap kondisi tersebut sering kali dapat memperbaiki defek fase luteal.

Apakah program bayi tabung diperlukan pada kasus defek fase luteal?

Program bayi tabung tidak selalu diperlukan pada wanita dengan defek fase luteal. Akan tetapi, bila wanita hamil tanpa menggunakan teknologi reproduksi berbantu, tidak ada bukti bawa mengkoreksi defek fase luteal akan meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan. 

Bila wanita sulit hamil atau mengalami keguguran berulang, dokter akan membantu mencarikan cara terbaik sesuai kondisinya.

Penutup

Adanya defek fase luteal perlu dipertimbangkan bila pasangan sulit hamil atau mengalami keguguran tanpa sebab yang jelas. Meski kondisi ini belum terbukti menjadi penyebab langsung infertilitas, tak bisa dipungkiri bahwa kadar normal hormon progesteron diperlukan untuk menjadikan dan mempertahankan sebuah kehamilan. Bila Bunda sedang mencoba hamil dan tes menunjukkan bahwa tubuh tidak memproduksi atau menggunakan progesteron sebagaimana mestinya, diskusikan dengan dokter apa yang menyebabkannya dan cara-cara apa yang dapat membantu mengoreksinya.

This article has been medically reviewed by Dr. Chitra Fatimah.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi
  • American Society for Reproductive Medicine. Diagnosis and treatment of luteal phase deficiency: a committee opinion. URL: https://www.asrm.org/globalassets/asrm/asrm-content/news-and-publications/practice-guidelines/for-non-members/clinical-relevance-of-luteal-phase-deficiency.pdf.
  • Crawford NM, Pritchard DA, Herring AH, Steiner AZ. Prospective evaluation of luteal phase length and natural fertility. Fertility and sterility. 2017 Mar 1;107(3):749-55.
  • Resolve: The National Infertility Association. Luteal phase defect. URL: https://resolve.org/learn/infertility-101/underlying-causes/luteal-phase-defect.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
[caldera_form id="CF6195e2bd61123"]
Buat Janji