Beranda » BLOG » Program Hamil » Kesehatan Reproduksi » Pilih Pelindung Seks? Hindari Lateks
Pilih Pelindung Seks? Hindari Lateks
Kondom lateks dapat menjadi pilihan Ayah Bunda untuk mengurungkan kehamilan. Namun, hati-hati akan bahaya bahan lateks berikut ini.
Kondom lateks adalah alat kontrasepsi luar yang digunakan oleh pria. Lateks berasal dari getah pohon karet dan telah lama digunakan dalam pembuatan kondom karena sifatnya yang elastis dan tahan air.
Penggunaan kondom lateks yang konsisten dan benar dapat mengurangi risiko penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan mencegah kehamilan. Namun ada beberapa bahaya kondom lateks yang perlu Ayah ketahui berikut ini.
Baca juga: Kenali Promil yang Terbukti Berhasil dan Tips yang Bisa Anda Coba
Bahaya Kondom Lateks
Meskipun kondom lateks terbukti 98% efektif mencegah kehamilan. Ada beberapa pria yang mungkin mengalami alergi terhadap lateks. Dalam hal ini, Ayah tidak dianjurkan menggunakan kondom lateks karena bahayanya.
Tanya Ferly tentang Promil?
Alergi lateks adalah reaksi terhadap lateks karet alami, zat yang berasal dari getah pohon karet (Hevea brasiliensis). Banyak produk yang terbuat dari lateks karet alami, termasuk sarung tangan, balon, dan kondom. Reaksi terhadap lateks dapat bervariasi dari ringan hingga berat, bahkan bisa berakibat fatal.
Orang yang memiliki alergi lateks dapat mengalami reaksi alergi ketika mereka menghirup atau bersentuhan secara fisik dengan lateks. Siapa pun dapat mengembangkan alergi lateks, tetapi beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini.
Faktor risiko untuk alergi lateks meliputi:
1. Paparan Lateks Secara Berulang
Terlalu sering kontak dengan lateks dapat menyebabkan tubuh bereaksi berlebihan dan mengembangkan reaksi alergi. Orang yang secara rutin menggunakan sarung tangan lateks lebih mungkin mengembangkan alergi terhadap lateks.
2. Prosedur Bedah yang Sering
Seseorang yang telah menjalani beberapa operasi memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan alergi lateks. Selain itu, orang dengan kondisi spina bifida memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memiliki alergi lateks karena pengobatan untuk kondisi ini melibatkan beberapa prosedur medis dan operasi pada usia muda.
3. Riwayat Alergi
Seseorang bisa mengalami alergi lateks karena memiliki riwayat alergi seperti rhinitis alergi. Orang yang alergi terhadap lateks mungkin juga sensitif terhadap beberapa makanan, seperti pisang, kiwi, alpukat, dan kenari. Hubungan antara alergi lateks dan alergi makanan disebut sindrom lateks-makanan.
Hingga saat ini, belum ada obat untuk mengatasi alergi lateks. Orang yang mengalami kondisi ini sebaiknya menghindari produk yang terbuat dari bahan lateks dan mempertimbangkan untuk menggunakan alat kontrasepsi lain jika memungkinkan.
Baca juga: 4 Cara Menunda Kehamilan, dari Alami Hingga Preservasi Fertilitas
Gejala Alergi Lateks
Tanda-tanda reaksi alergi terhadap lateks bisa ringan atau berat. Gejala ini dapat muncul segera setelah terpapar atau beberapa jam setelahnya. Namun, ada juga beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala saat pertama kali bersentuhan dengan lateks. Gejala alergi lateks meliputi:
1. Ruam
Gejala timbulnya ruam bisa terjadi dalam kurun waktu 8 jam setelah kulit kontak langsung dengan kondom berbahan lateks. Ruam akan disertai gatal dan warna kulit berubah menjadi kemerahan.
2. Sensasi Terbakar
Efek lainnya yang ditimbulkan kondom berbahan lateks adalah menyebabkan sensasi terbakar yang luar biasa dalam Miss V, Mr. P atau kulit yang bersentuhan dengan kondom.
3. Gatal
Salah satu gejala umum yang diakibatkan dari alergi lateks adalah gatal. Kondisi ini bisa terjadi ringan atau berat. Sedangkan pada pria, rasa gatal biasanya akan dialami pada bagian pangkal paha dan area sekitar penis. Sedangkan pada wanita, rasa gatal ini biasanya terjadi pada area sekitar vulva dan vagina.
4. Melepuh
Terlalu lama melakukan kontak dengan kondom lateks juga bisa menyebabkan kulit melepuh. Air lepuhannya bisa jadi sangat menyakitkan. Meskipun begitu ini bisa jadi merupakan indikasi sistem kekebalan tubuh yang mencoba bertahan terhadap efek lateks dalam kondom.
5. Anafilaksis
Dampak alergi terhadap penggunaan kondom yang paling parah adalah terjadinya anafilaksis. Reaksi alergi ini bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan pada bibir, lidah, bahkan tenggorokan; gangguan pernapasan; nyeri dada; hingga detak jantung yang cepat. Penanganan anafilaksis yang terlambat bisa menyebabkan kematian untuk Ayah atau Bunda akibat penyempitan saluran udara.
Kondom Lateks Masih Bisa Sebabkan Penularan PMS
Bila digunakan secara konsisten dan benar, kondom sangat efektif dalam mencegah penularan seksual HIV, virus penyebab AIDS dan juga mengurangi risiko penyakit menular seksual (PMS) lainnya, termasuk penyakit yang ditularkan melalui cairan kelamin, dan pada tingkat yang lebih rendah, penyakit tukak kelamin.
Penggunaan kondom juga dapat mengurangi risiko infeksi human papillomavirus (HPV) genital dan penyakit terkait HPV, misalnya kutil kelamin dan kanker serviks.
Namun, jika kondom tidak digunakan dengan benar, efek perlindungannya dapat berkurang meskipun digunakan secara konsisten. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penularan PMS.
Cara yang paling dapat diandalkan untuk menghindari penularan penyakit menular seksual (PMS), termasuk human immunodeficiency virus (HIV), adalah dengan tidak melakukan aktivitas seksual atau menjalin hubungan monogami jangka panjang dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
Dalam kesimpulannya, kondom adalah alat kontrasepsi yang terbukti 98% efektif mencegah kehamilan dan dapat menjaga kesehatan seksual dan memberikan perlindungan dalam aktivitas seksual.
Untuk memastikan apakah Ayah memiliki alergi terhadap kondom berbahan lateks atau tidak, lakukanlah uji alergi. Sebelum uji alergi, pastikan telah berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis terlebih dahulu.
Diskusikan riwayat alergi atau sensitivitas serta obat-obatan yang sedang Ayah konsumsi. Proses uji alergi meliputi:
- Dokter atau tenaga kesehatan akan mengoleskan sedikit lateks pada area kulit yang akan diuji, biasanya pada lengan bawah atau punggung.
- Setelah lateks dioleskan, kulit akan digaruk atau ditusuk dengan jarum kecil. Tindakan ini memungkinkan lateks masuk ke dalam lapisan kulit.
Jika selama 24 jam tidak ada tanda-tanda alergi yang muncul, maka Ayah tidak memiliki alergi terhadap lateks. Namun, jika timbul tanda-tanda alergi, maka konsultasikan kembali dengan dokter. Ayah dapat berkonsultasi mengenai alergi lateks pada dokter di Bocah Indonesia. Untuk mengetahui informasi lainnya mengenai penyakit menular seksual, program hamil, dan infertilitas baca artikel lainnya di Bocah Indonesia.
Jadwalkan Konsultasi
Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.
Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.
- American Academy of Allergy, Asthma and Immunology. Latex Allergy. Diakses 2023. https://www.aaaai.org/conditions-and-treatments/library/allergy-library/latex-allergy
- American College of Allergy, Asthma & Immunology. Latex Allergy. Diakses 2023. https://acaai.org/allergies/types/latex-allergy
- Asthma and Allergy Foundation of America. Latex Allergy. Diakses 2023. https://www.aafa.org/latex-allergy/
- Merck Manual. Overview of Allergic Reactions. Diakses 2023. https://www.merckmanuals.com/home/immune-disorders/allergic-reactions-and-other-hypersensitivity-disorders/overview-of-allergic-reactions
- Berapa Biaya Program Hamil Inseminasi? - 08/10/2024
- 5 Masalah Kesehatan yang Mempengaruhi Kesuburan - 08/10/2024
- Mengenal Postmatur, Bayi Telat Lahir dari Waktunya - 03/10/2024