Bisakah Assisted Hatching Tingkatkan Keberhasilan Implantasi Embrio?

assisted hatching untuk implantasi embrio

Ditinjau secara medis oleh dr. Fiona Amelia, MPH
Medical Writer


Ditulis oleh dr. Fiona Amelia, MPH · Tanggal diperbarui 21/06/2022

Assisted hatching adalah teknologi reproduksi berbantu yang dapat mendukung proses implantasi embrio. Pada kasus-kasus tertentu, prosedur ini dilakukan sebagai bagian dari siklus bayi tabung.

Penetasan berbantu atau assisted hatching adalah prosedur laboratorium yang kadang dilakukan bersama dengan siklus bayi tabung. Teori di balik prosedur ini adalah bahwa penetasan berbantu dapat meningkatkan angka keberhasilan implantasi embrio dan kehamilan pada siklus bayi tabung.

Baca Juga: Segala Hal yang Perlu Anda Tahu Soal Bayi Tabung


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Bagaimana embrio menetas?

Untuk memahami prosedur ini, mari simak terlebih dulu bagaimana proses menetasnya embrio secara alami. Sebelum menjadi embrio, mulanya adalah sel telur (oosit). Sel telur memiliki cangkang protein di bagian luar yang disebut dengan zona pelusida. Ini adalah lapisan luar embrio yang berfungsi sebagai pelindung hingga waktunya menetas dan akhirnya berimplantasi pada dinding rahim (endometrium).

Sebelum sel sperma menjadi embrio, zona pelusida akan menyatu (fusi) dengan sel sperma. Penyatuan ini merupakan awal dari proses pembuahan. Setelah satu sel sperma menembus cangkang dan membuahi sel telur, zona pelusida akan mengeras. Hal ini bertujuan mencegah lebih banyak sel sperma membuahi sel telur. Cangkang yang mengeras juga membantu mencegah embrio berimplantasi secara prematur di tuba fallopi, yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik (di luar kandungan).

Pada sel telur yang telah dibuahi (zigot), ketebalan zona pelusida berkisar antara 0,015-0,020 mm di hari-hari pertama perkembangan. Pada saat ini, sel-sel pada zigot mulai berlipat ganda namun ukurannya belum membesar. Saat bergerak di tuba falopii dan berkembang menjadi tahap blastokista (sekarang disebut embrio), zona pelusida melebar dan mulai menipis hingga akhirnya rusak karena sel-sel di dalamnya semakin banyak dan tidak muat lagi. Sekitar hari keempat hingga keenam dari waktu pembuahan, zona pelusida akan retak dan terbuka. Blastokista (embrio) keluar dan meninggalkan cangkang protein yang tipis tersebut. Inilah yang disebut dengan proses penetasan embrio (embryo hatching process).

Dalam waktu beberapa hari setelah menetas, blastokista akan menanamkan dirinya ke dalam endometrium atau dikenal sebagai proses implantasi. Tanpa proses penetasan ini, blastokista tidak akan berimplantasi pada dinding rahim dan kehamilan gagal terjadi.

Berdasarkan sudah atau belum embrio menetas, ada 3 jenis blastokista:

  • Blastokista meluas. Embrio berukuran besar dan zona pelusida lebih tipis.
  • Blastokista sedang menetas. Zona pelusida telah pecah dan embrio sedang keluar.
  • Blastokista sudah menetas. Embrio telah sepenuhnya keluar dari cangkang zona pelusida.
bagaimana embrio menetas

Apa itu assisted hatching?

Pada siklus bayi tabung, pembuahan dilakukan secara artifisial di dalam laboratorium. Namun kenyataannya, proses pembuahan yang berhasil tidak menjamin kehamilan akan sukses. Embrio yang ditransfer kembali ke dalam rahim wanita harus mampu berimplantasi ke dalam endometrium dan tetap “menempel” untuk terjadinya suatu kehamilan. Bila implantasi gagal, maka kehamilan tidak akan terjadi. 

Penyebab kegagalan implantasi ini salah satunya adalah embrio yang tidak menetas dengan baik. Ini bisa terjadi karena embrio secara intrinsik memiliki cangkang yang luar biasa keras, atau karena sesuatu di lingkungan laboratorium telah mengganggu proses penetasan—seperti akibat pengaruh media kultur yang digunakan untuk menjaga embrio tetap hidup atau bahan kimia untuk kriopreservasi (pembekuan embrio).

Atas dasar inilah, dikembangkan prosedur assisted hatching untuk mengatasi hal-hal yang mencegah atau mengganggu proses penetasan embrio. Prosedur ini diharapkan dapat memperbaiki peluang keberhasilan implantasi, yang pada akhirnya membuahkan suatu kehamilan.

Indikasi assisted hatching

Sesuai dengan rekomendasi American Society of Reproductive Medicine (ASRM), sesungguhnya assisted hatching tidak direkomendasikan untuk secara rutin dilakukan pada semua pasien yang menjalani siklus bayi tabung. Prosedur ini hanya diindikasikan untuk kasus-kasus spesifik seperti berikut:

  • Wanita usia 37 tahun atau lebih yang mengalami infertilitas atau sulit hamil.
  • Embrio memiliki zona pelusida yang tebal atau keras.
  • Pada transfer embrio yang dicairkan (thawed embryo), oleh karena proses ini menyebabkan zona pelusida mengeras.
  • Kadar dasar serum hormon FSH tinggi.
  • Telah mengalami dua atau lebih kegagalan siklus bayi tabung. 
  • Memiliki sel telur atau embrio dengan kualitas yang buruk.
  • Memerlukan gonadotropin dosis tinggi pada tahap stimulasi ovarium.

Berbagai metode assisted hatching

Pada umumnya, prosedur assisted hatching dilakukan sebelum proses transfer embrio pada hari ke 3, 5, atau 6 setelah pembuahan. Yakni, saat embrio umumnya baru memiliki 8 sel dan ukurannya belum membesar. Ada beberapa teknik assisted hatching yang dikenal, yaitu:

1. Mechanical hatching

Mechanical hatching atau penetasan secara mekanik. Pada teknik ini, embrio dijaga stabil dengan bantuan pipet sembari menusuk zona pelusida menggunakan jarum halus. Proses ini ibarat menggambar garis yang sangat tipis tepat di samping embrio. Kemudian, area di antara kedua titik tusukan digosok dengan lembut hingga terjadi robekan kecil. Sulit untuk mengontrol ukuran robekan melalui metode ini. Sesungguhnya, teknik ini jarang digunakan karena berisiko membahayakan embrio. 

2. Ekspansi mekanik pada cangkang

Melalui teknik ini, zona pelusida tidak dirobek melainkan diberikan tekanan hidrostatik agar melebar dan menipis. Ide metode ini berasal dari penipisan alami zona pelusida selama proses penetasan embrio.

3. Chemical hatching

Chemical hatching atau penetasan secara kimia. Teknik ini menggunakan zat kimia yang disebut dengan larutan Tyrode. Sejumlah kecil asam diteteskan pada zona pelusida hingga pecah. Setelah itu, embrio segera dibersihkan untuk menghindari paparan asam yang tidak perlu.

4. Pengeboran atau drilling 

Melalui teknik ini, getaran digunakan untuk membuat lubang berbentuk kerucut. Teknik ini menggunakan teknologi Piezo.

5. Laser-assisted hatching 

Laser-assisted hatching atau penetasan menggunakan laser. Pada teknik ini, digunakan sinar laser khusus untuk merobek zona pelusida. Proses ini memungkinkan lebih banyak kontrol terhadap ukurang lubang yang dibuat. Ini adalah teknik yang saat ini paling banyak digunakan oleh karena segi kontrol dan keamanannya paling baik. Namun kekurangannya, laser-assisted hatching merupakan teknik yang paling memakan biaya.

Angka keberhasilan kehamilan melalui assisted hatching

Hingga kini, efek assisted hatching pada kehamilan masih diperdebatkan. Prosedur ini pertama kali dijelaskan oleh Cohen dkk. yang melaporkan kehamilan pertama setelah assisted hatching di tahun 1988. Sejak saat itu, semakin banyak publikasi ilmiah soal assisted hatching ini. 

Secara ringkas, ASRM memberi kesimpulan sebagai berikut:

  • Terhadap angka kehamilan klinis (clinical pregnancy rates/CPR). Sebuah kajian sistematis dan meta-analisis Cochrane tahun 2012 mengidentifikasi 31 uji klinis acak melibatkan total 5.728 wanita yang menjalani siklus bayi tabung atau injeksi sperma intrasitoplasmik (ICSI). Studi ini membandingkan keluaran dari 2.933 wanita yang dilakukan assisted hatching dengan 2.795 wanita yang tidak. Hasilnya, angka kehamilan klinis sedikit lebih besar pada kelompok yang dilakukan assisted hatching. Yakni, dengan rata-rata 13 persen. Meski kecil, secara statistik hasilnya signifikan.
  • Terhadap angka kelahiran hidup (live birth rates/LBR). Dalam kajian yang sama di atas, hanya 9 dari 31 studi yang menilai pengaruh assisted hatching pada angka kelahiran hidup. Secara keseluruhan, hanya 255 kelahiran hidup yang dilaporkan studi-studi ini. Tidak ada bukti perbedaan yang signifikan antara angka kelahiran hidup pada wanita yang menjalani assisted hatching dengan wanita yang tidak. Mengingat terbatasnya jumlah penelitian, tidak ada cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa assisted hatching meningkatkan angka kelahiran hidup.
  • Beberapa studi menemukan bahwa populasi tertentu dapat mengambil manfaat dari assisted hatching. Sebagian besar studi mendukung hipotesis bahwa assisted hatching meningkatkan angka kehamilan klinis pada pasien dengan riwayat kegagalan siklus bayi tabung atau memiliki prognosis yang buruk (kemungkinan keberhasilan yang rendah). 

Yang jelas, bila teknik ini tidak digunakan sesuai indikasinya, penerapannya tidak memberi keuntungan apapun dalam mencapai kehamilan.

Risiko dan komplikasi dari assisted hatching

Seperti juga prosedur medis pada umumnya, assisted hatching memiliki komplikasi tersendiri. Di antaranya, kerusakan yang mematikan pada embrio atau kerusakan pada materi genetik yang berdampak pada berkurangnya viabilitas (kemampuan bertahan hidup) embrio. Kerusakan ini dapat terjadi sebelum maupun sesudah transfer embrio. Pada kedua kasus, kehamilan tidak akan terjadi.

Selain itu, risiko terjadinya kehamilan kembar, khususnya kembar identik, tampak lebih tinggi pada wanita yang menjalani assisted hatching ketimbang yang tidak. Meski semua kehamilan kembar sesungguhnya berisiko, kehamilan kembar identik memiliki risiko yang lebih tinggi baik pada ibu maupun janin. Meski demikian, angka kejadian hamil kembar identik pada assisted hatching ini termasuk kecil, yaitu kurang dari 1 persen.

Risiko lain terkait dengan obat-obatan yang digunakan sebelum dan setelah prosedur. Wanita yang menjalani assisted hatching umumnya diberikan antibiotik dan steroid sebelum dan setelah transfer embrio. Hal ini tentu membuat wanita lebih berisiko mengalami efek samping dari obat-obatan tersebut.

Penutup

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, laser-assisted hatching merupakan teknik penetasan embrio yang paling aman. Meski demikian, prosedur ini hanya bermanfaat untuk kasus-kasus tertentu. Karena itulah, laser-assisted hatching tidak ditawarkan pada semua pasien yang menjalani siklus bayi tabung. Dan seperti halnya teknologi reproduksi berbantu lainnya, tentu ada biaya dan risiko tambahan yang berkaitan dengan prosedur tersebut.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum juga hamil setelah berupaya selama dua belas bulan atau lebih (atau enam bulan jika usia perempuan di atas 35 tahun), kami menyarankan Anda untuk melakukan penilaian kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.

  1. American Society of Reproductive Medicine. Assisted Hatching. [Revised 2015]. 
  2. Bayer S. The Boston IVF handbook of infertility: a practical guide for practitioners who care for infertile couples. CRC Press; 2017 Sep 1.
  3. Carney SK, Das S, Blake D, Farquhar C, Seif MM, Nelson L. Assisted hatching on assisted conception in vitro fertilisation (IVF) and intracytoplasmic sperm injection (ICSI). Cochrane Database Syst Rev 2012:CD001894.
  4. Hammadeh ME, Fischer-Hammadeh C, Ali KR. Assisted hatching in assisted reproduction: a state of the art. Journal of assisted reproduction and genetics. 2011 Feb;28(2):119-28.
  5. Kovacs G, Rutherford A, Gardner DK, editors. How to Prepare the Egg and Embryo to Maximize IVF Success.
  6. Practice Committee of the American Society for Reproductive Medicine, Practice Committee of the Society for Assisted Reproductive Technology. Role of assisted hatching in in vitro fertilization: a guideline. Fertility and Sterility. 2014 Aug 1;102(2):348-51.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji