Antioksidan, Benarkah Meningkatkan Kesuburan Pria?

Antioksidan, Benarkah Meningkatkan Kesuburan Pria

Penggunaan antioksidan dalam pengobatan infertilitas pria cukup beralasan. Berikut info selengkapnya.

Infertilitas diartikan sebagai kegagalan untuk mencapai kehamilan meski rutin melakukan hubungan intim tanpa pengaman, selama setidaknya satu tahun. Sekitar 15 persen dari semua pasangan mengalami infertilitas. Dalam hal ini, infertilitas pria terjadi pada 30-50 persen kasus. 

Beberapa penyebab infertilitas pria yang diketahui antara lain varikokel, merokok, radiasi, infeksi saluran kemih, dan kekurangan nutrisi. Penyebab lain, seperti paparan faktor lingkungan dan stres oksidatif, digadang-gadang juga berdampak negatif pada kesuburan pria. Akan tetapi, hal ini belum sepenuhnya dipahami. 

Faktanya, stres oksidatif adalah kelainan yang umum ditemukan pada sekitar 50 persen pria dengan infertilitas. Dan bukti-bukti ilmiah telah banyak menunjukkan bahwa stres oksidatif memang berperan penting menyebabkan infertilitas pria. Kabar baiknya, penggunaan antioksidan dapat menjadi pilihan yang potensial untuk mengatasi stres oksidatif ini. 

Baca juga: 7 Cara Ampuh Meningkatkan Kesuburan Pada Pria Secara Alami


Tanya Ferly tentang Promil?

New CTA WA

Apa itu stres oksidatif?

Stres oksidatif adalah mekanisme biologis yang berperan penting dalam kesuburan pria. Sebuah kajian di tahun 2019 dalam Journal of Human Reproductive Sciences menemukan bahwa stres oksidatif berhubungan dengan berkurangnya pergerakan sperma, meningkatnya kerusakan DNA sperma, dan peningkatan risiko keguguran serta kelainan genetik.

Sebelum mendalaminya lebih lanjut, mari pahami dulu beberapa istilah berikut: radikal bebas, spesies oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS), dan antioksidan.

  • Radikal bebas. Ini adalah molekul yang tidak stabil dengan elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas diproduksi oleh sejumlah proses alami tubuh, seperti metabolisme dan dapat meningkat jumlahnya akibat paparan radiasi atau polusi, rokok, atau penyakit. Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan dengan cara “mencuri” elektron dari sel lain. Kerusakan ini dapat menimbulkan banyak penyakit.
  • Spesies oksigen reaktif (ROS). ROS adalah salah satu jenis radikal bebas yang mengandung oksigen. Sama seperti radikal bebas lainnya, ROS dapat menyebabkan cedera pada sel.
  • Antioksidan. Ini adalah zat-zat gizi yang mencegah atau memperlambat kerusakan sel akibat radikal bebas. Antioksidan meminjamkan sebuah elektron pada molekul radikal bebas, sehingga mampu menetralisasi dan menstabilkannya. Contoh antioksidan alami di dalam tubuh, yakni vitamin C, vitamin E, dan CoQ10 (Coenzyme Q-10).

Keberadaan radikal bebas adalah sesuatu yang sulit dihindari oleh karena ini merupakan produk sampingan alami dari tubuh manusia. Idealnya, radikal bebas dapat dinetralkan oleh antioksidan sebelum menyebabkan kerusakan yang nyata pada sel-sel tubuh. Namun, bila jumlahnya terlalu banyak dan tidak cukup antioksidan, radikal bebas dapat mulai merusak DNA, protein, dan jaringan lemak pada sel. Inilah yang disebut dengan stres oksidatif.

Para ilmuwan mengartikan stres oksidatif sebagai ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dengan antioksidan di dalam tubuh. Produksi ROS berlebihan sehingga kadar radikal bebas terlalu tinggi dan antioksidan tidak bisa mengimbanginya. 

Akan tetapi, ROS tidak semuanya buruk. Radikal bebas sebenarnya dapat membantu melawan kuman berbahaya yang menyebabkan infeksi. Namun, masalah-masalah berikut dapat muncul ketika paparan stres oksidatif ini terjadi dalam jangka panjang:

  • Kelainan kardiovaskular, seperti penyakit jantung, pembuluh darah yang mengeras, dan tekanan darah tinggi.
  • Kelainan-kelainan yang melibatkan peradangan/inflamasi
  • Penyakit Parkinson
  • Penyakit Alzheimer
  • Berbagai jenis kanker
  • Infertilitas

Stres oksidatif juga berkontribusi terhadap tanda-tanda penuaan yang bisa dilihat secara kasat mata.

Lantas, bagaimana stres oksidatif ini memengaruhi kesuburan pria?

Ada bukti bahwa lapisan membran sel sperma rentan rusak oleh ROS dan stres oksidatif. Struktur membran sel sperma tergolong unik dan kaya akan asam lemak tak jenuh. ROS menyebabkan sebuah proses yang disebut peroksidasi lemak, di mana radikal bebas “mencuri” elektron-elektron dari lemak pada membran sel sperma.

Dari situ terjadilah reaksi kimia berantai yang dapat secara serius membahayakan keutuhan dan fungsi sel sperma, serta memicu kerusakan sel. Keberadaan ROS yang berlebihan juga menyebabkan kerusakan DNA sperma, yang secara umum akan menurunkan kesuburan pria.

Indikator adanya stres oksidatif pada analisis cairan sperma, mencakup:

  • Motilitas (pergerakan) sperma yang buruk (asthenozoospermia)
  • Morfologi (bentuk) sperma yang buruk (teratozoospermia)
  • Tingginya jumlah sel bulat, termasuk leukosit (sel darah putih), yang dapat menjadi tanda infeksi
  • Meningkatnya jumlah kerusakan DNA sperma pada analisis fragmentasi DNA

Sebenarnya, ada tes-tes yang bisa lebih spesifik mengukur kadar stres oksidatif di dalam cairan sperma, seperti mengukur langsung kadar ROS, kapasitas total antioksidan (TAC) dan penanda stres oksidatif MDA (malondialdehyde). Akan tetapi, pemeriksaan ini masih jarang dilakukan dan belum ada pedoman yang jelas soal rentang normal kadar parameter-parameter ini.

Untuk saat ini, para ahli menggunakan analisis cairan sperma dan indeks fragmentasi DNA bersama dengan analisis tentang gaya hidup, paparan, dan riwayat kesehatan untuk menilai apakah stres oksidatif memengaruhi kesuburan seorang pria.

Apa saja penyebab stres oksidatif?

Stres oksidatif dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal yang pada akhirnya berdampak buruk pada kualitas dan kuantitas sperma. Faktor internal kerap berhubungan dengan kondisi medis, seperti varikokel atau kelainan hormonal. Sedangkan faktor eksternal, seperti gaya hidup atau paparan lingkungan seperti merokok atau polusi. 

Kesemua ini pada akhirnya akan menurunkan kualitas sperma dan kesuburan pria, yang tercermin dari berkurangnya angka keberhasilan kehamilan, baik secara alami maupun dengan teknologi reproduksi berbantu.

Penyebab stres yang bersifat eksternal sesungguhnya lebih bisa dikontrol, dan mencakup:

  • Pola makan yang tidak sehat dan obesitas
  • Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, obat-obat terlarang, atau obat-obat tertentu
  • Paparan lingkungan, seperti radiasi, racun, polusi udara, dan pestisida

Peran antioksidan

Dari berbagai penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa mengurangi stres oksidatif dapat menjadi salah satu opsi pengobatan yang mampu memperbaiki infertilitas pria. Salah satu caranya, yakni dengan penggunaan antioksidan.

Seperti dijelaskan sebelumnya, antioksidan adalah zat atau senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas sekaligus menghentikan reaksi berantai yang berujung pada stres oksidatif. Dengan kata lain, kecukupan antioksidan memungkinkan proses normal yang dimediasi oleh ROS, seperti dalam penghancuran kuman penyebab infeksi, tetap bisa terjadi tanpa ada efek negatif pada sel-sel tubuh.

Beberapa antioksidan alami di dalam cairan sperma, yakni vitamin C dan E, enzim superoxide dismutase, thioredoxin, dan glutathione. Pada pria yang sehat, ada keseimbangan antara jumlah ROS dan antioksidan-antioksidan ini di dalam saluran reproduksinya. Namun, pria yang infertil diketahui memiliki kadar ROS yang membahayakan dibandingkan dengan pria yang fertil.

Baca juga: Saatnya Periksa untuk Ayah Yang Peduli Keluarga

Suplementasi antioksidan pada infertilitas pria, apakah perlu?

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak studi yang meneliti peran suplementasi antioksidan oral dalam memperbaiki kualitas sperma pria dengan infertilitas. Antioksidan yang berkaitan dengan kesuburan pria ini dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yakni faktor enzimatik fisiologis, faktor non-enzimatik, mikronutrien, dan yang tidak termasuk ke dalam ketiga kategori tersebut.

antioksidan

Sebagian besar studi menunjukkan hubungan yang positif antara antioksidan dan peningkatan kualitas sperma, dalam hal jumlah, pergerakan, dan bentuk sperma yang normal. Hasil kajian sistematis dari 26 studi di tahun 2018 juga mendapati efek positif yang bermakna dari penggunaan antioksidan pada pria dengan infertilitas terhadap angka keberhasilan kehamilan dan kelahiran hidup. Dalam studi-studi tersebut, antioksidan yang paling banyak digunakan, yaitu Vitamin E, vitamin C, carnitines, N-acetyl cysteine, co-enzyme Q10, zinc, selenium, asam folat, dan lycopene.

Sumber antioksidan yang baik untuk infertilitas pria

Antioksidan yang baik untuk kesehatan sperma ini bisa didapat dari makanan atau suplemen. Meski suplementasi antioksidan tergolong aman, bukan berarti semakin banyak konsumsinya akan semakin baik. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk mengonsumsinya sesuai dengan dosis yang disarankan. Ingat pula untuk tidak mengonsumsi terlalu banyak jenis antioksidan dalam satu waktu karena hal ini dapat meningkatkan risiko efek samping.

Jenis antioksidan

Ingat pula bahwa spermatogenesis, atau proses pembentukan sperma, memakan waktu sekitar 2-3 bulan. Tergantung pada jenis suplemennya, Ayah perlu meminumnya secara rutin selama 90 hari atau lebih sebelum efeknya terlihat, yakni perbaikan dalam parameter kualitas sperma.

Cara lain untuk mengurangi stres oksidatif

Di luar antioksidan, tiga cara lain untuk mengurangi stres oksidatif yang berefek pada kesuburan, mencakup:

1. Memperbaiki gaya hidup:

  • Berhenti merokok, membatasi konsumsi alkohol dan menghindari narkoba.
  • Memperbaiki pola makan. Dianjurkan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein, kaya serat dan asam lemak sehat. Hindari pula konsumsi pemanis tambahan dan lemak trans dari makanan olahan/siap saji. Sebaliknya, perkaya konsumsi makanan tinggi antioksidan, yang banyak berasal dari buah dan sayur.
  • Cukup istirahat, yakni 7-9 jam sehari. Kekurangan tidur kronis akan memicu stres oksidatif.
  • Lakukan olahraga berintensitas sedang secara rutin, yakni 30 menit per hari sebanyak 5 hari dalam seminggu.
  • Mengelola stres.

2. Mengurangi paparan berbahaya dari lingkungan:

  • Menggunakan masker di area dengan kadar polusi udara yang tinggi.
  • Menggunakan tabir surya.
  • Menghindari paparan panas berlebihan di area kelamin dengan cara menggunakan pakaian dalam yang longgar dan menyerap keringat, menghindari sauna, terlalu lama memangku laptop, dan bersepeda dalam waktu lama.

3. Cari pertolongan medis untuk mengatasi penyakit yang mendasari. Misalnya, bila ada varikokel, maka perlu dilakukan pembedahan untuk mengoreksi masalahnya. Bila ada diabetes, gula darah perlu dikelola dengan baik supaya tidak berdampak pada kesuburan.

Penutup

Meski suplementasi antioksidan bukan “obat dewa” untuk mengatasi infertilitas, sejumlah studi menunjukkan bahwa konsumsinya dapat memperbaiki kesuburan pria. Agar penggunaannya optimal, selalu diskusikan terlebih dulu dengan dokter yang merawat.

cheer

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum hamil setelah satu tahun usia pernikahan, kami menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Buat janji konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau chat melalui Whatsapp melalui tombol di bawah.

Referensi
  • Ahmadi S, Bashiri R, Ghadiri-Anari A, Nadjarzadeh A. Antioxidant supplements and semen parameters: An evidence based review. International journal of reproductive biomedicine. 2016 Dec;14(12):729.
  • Dimitriadis F, Borgmann H, Struck JP, Salem J, Kuru TH. Antioxidant Supplementation on Male Fertility—A Systematic Review. Antioxidants. 2023 Mar 30;12(4):836.
  • Majzoub A, Agarwal A. Systematic review of antioxidant types and doses in male infertility: Benefits on semen parameters, advanced sperm function, assisted reproduction and live-birth rate. Arab journal of urology. 2018 Mar 1;16(1):113-24.
  • Torres-Arce E, Vizmanos B, Babio N, Marquez-Sandoval F, Salas-Huetos A. Dietary antioxidants in the treatment of male infertility: counteracting oxidative stress. Biology. 2021 Mar 20;10(3):241.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

doctors
Buat Janji